Di kehidupan Rasulullah SAW ada banyak sekali sahabat yang menemani. Ada Abu Bakar yang pasti akan mempercayai dan mengikuti Nabi SAW. Dan ada pula sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin Auf. Sahabat Nabi SAW ini mendukung dari sisi ekonomi. Berikut kisah suksesnya.
Daftar Isi Konten
Biografi Singkat Abdurrahman bin Auf
Sahabat Nabi Muhammad SAW ini lahir 10 tahun setelah Tahun fiil, atau tahun gajah. Dalam perjalanan hidupnya, beliau adalah salah satu yang pertama mempercayai risalah Nabi Muhammad SAW.
Nama Abdurrahman bin Auf semasa jahiliyah dan sebelum masuk islam adalah Abdul Ka’bah atau Abdu Amr dalam riwayat suatu lain. Nama ibunya adalah Shafiyah. Sedangkan bapaknya adalah `Auf bin `Abdu `Auf bin `Abdul Hârits bin Zahrah.
Dan ketika masuk islam, ia diberikan nama Abdurrahman oleh Rasulullah SAW. Dan saat ini, kita lebih mengenal sebagai Abdurrahman bin Auf. Sahabat Nabi SAW yang paling kaya dan dermawan serta dijamin masuk surga.
Sudah kaya nan dermawan, dijamin pula masuk surga. Kamu mau kan?
Kisah Abdurrahman bin Auf yang Masyhur
Peranan luar biasa dalam perang tabuk
Yang namanya perang, pasti membutuhkan dukungan finansial. Tidak tanggung-tanggung. Sahabat nabi ini memberikan 200 uqiyah emas untuk mendukung kebutuhan logistik ketika perang tabuk. Beliau tanpa pikir panjang, langsung saja menginfakkan separuh hartanya.
1 uqiyah setara 31 gram an
bila harga 1 emas 750.000 rupiah
maka 1 uqiyah adalah 23 juta 250 ribu rupiah
dan hasilnya 200 uqiyah emas kurang lebih 4.650.000.000
4,6 Milyar rupiah!!!
Masyaa Allaah, Tabaarakallaah
Santunan Kepada Veteran Perang Badar
Abdurrahman bin Auf seorang sahabat nabi yang pandai dalam berdagang ini. Pernah suatu ketika memberikan santunan kepada para pejuang perang badar. Yang mana jumlahnya diperkirakan 100 orang.
Ketika itu Abdurrahman bin Auf memberikan santunan sebanyak 400 dinar untuk satu orang. Dan total ada 100 orang, maka yang diberikan Abdurrahman bin Auf adalah 4000 dinar atau setara 14 Milyar rupiah. Jumlah yang tak sedikit sob!!!
Abdurrahman bin Auf Menikah Hanya Dengan Mahar Seberat Biji Kurma
Di sebuah hadist diceritakan tentang kisah hijrah ke madinah dan pernikahan Abdurrahman bin Auf. Berikut isi hadistnya :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ آخَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنِي وَبَيْنَ سَعْدِ بْنِ الرَّبِيعِ فَقَالَ سَعْدُ بْنُ الرَّبِيعِ إِنِّي أَكْثَرُ الْأَنْصَارِ مَالًا فَأَقْسِمُ لَكَ نِصْفَ مَالِي وَانْظُرْ أَيَّ زَوْجَتَيَّ هَوِيتَ نَزَلْتُ لَكَ عَنْهَا فَإِذَا حَلَّتْ تَزَوَّجْتَهَا قَالَ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ لَا حَاجَةَ لِي فِي ذَلِكَ هَلْ مِنْ سُوقٍ فِيهِ تِجَارَةٌ قَالَ سُوقُ قَيْنُقَاعٍ قَالَ فَغَدَا إِلَيْهِ عَبْدُ الرَّحْمَنِ فَأَتَى بِأَقِطٍ وَسَمْنٍ قَالَ ثُمَّ تَابَعَ الْغُدُوَّ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَلَيْهِ أَثَرُ صُفْرَةٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجْتَ قَالَ نَعَمْ قَالَ وَمَنْ قَالَ امْرَأَةً مِنْ الْأَنْصَارِ قَالَ كَمْ سُقْتَ قَالَ زِنَةَ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ نَوَاةً مِنْ ذَهَبٍ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’ad dari bapaknya dari kakeknya berkata;
‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu’anhu berkata, ketika kami sampai di Madinah; Rasulullah ﷺ mempersaudarakan antara aku dengan Saad bin ar-Rabi’, lalu Saad bin ar-Rabi’ berkata:
“Aku adalah orang Anshar yang paling banyak hartanya, maka aku beri separuh hartaku untukmu, kemudian lihatlah diantara kedua istriku siapa yang engkau suka nanti akan aku ceraikan untukmu, jika ia telah halal maka nikahilah”.
Perawi berkata,
“Maka ‘Abdurrahman berkata kepadanya, “Aku tidak membutuhkan itu. Begini saja, apakah ada pasar yang sedang berlangsung transaksi jual beli saat ini?”
Sa’ad menjawab, “Pasar Qainuqa'”.
Perawi berkata,
“Lalu Abdur Rahman pergi kesana, ia membawa keju dan minyak samin.
Perawi berkata lagi,
“Dia melakukan hal itu pada hari-hari berikutnya. ‘Abdurrahman tetap berdagang di sana hingga akhirnya ia datang dengan mengenakan pakaian yang bagus dan penuh aroma wewangian.
Maka Rasulullah ﷺ bertanya,
“Apakah engkau sudah menikah?”
Dia menjawab, “Ya, sudah”.
Lalu beliau bertanya lagi, “Dengan siapa?”
Dia menjawab, “Dengan seorang wanita Anshar”.
Beliau bertanya lagi, “Dengan mahar apa engkau melakukan akad nikah?”
Dia menjawab, “Dengan perhiasan sebiji emas, atau sebiji emas”.
Lalu Nabi ﷺ berkata, kepadanya, “Adakanlah walimah (resepsi) walau hanya dengan seekor kambing”. (HR. Bukhari: 1907)
Dan di hadist lain diceritakan tentang mahar tersebut adalah emas seberat biji kurma.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ وَعَلَيْهِ رَدْعُ زَعْفَرَانٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَهْيَمْ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً قَالَ مَا أَصْدَقْتَهَا قَالَ وَزْنَ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ
dari Anas bahwa Rasulullah ﷺ melihat Abdurrahman bin ‘Auf padanya terdapat bekas minyak za ‘faran.
Kemudian Nabi ﷺ berkata,
“Apakah ini?”
Lalu ia berkata; wahai Rasulullah, aku telah menikahi seorang wanita.
Beliau berkata, “Mahar apakah yang telah engkau berikan kepadanya?”
Ia berkata; emas sebesar biji kurma.
Beliau berkata, “Rayakanlah (adakanlah walimah) walaupun hanya dengan menyembelih satu ekor kambing.” (HR. Abu Daud: 1804)